Kamis, 28 November 2019

Latihan Soal Persiapan PAS MTK Kelas XII SMK AL ILYAS Malangbong TP 19/20

Kerjakan soal-soal berikut sebagai latihan persiapan PAS,
silahkan klink berikut :
https://drive.google.com/drive/u/0/folders/16fyFzeSs2vVAQYErFwMKy5mZFBdbD2VW

Selasa, 26 November 2019

LOGO SMK AL ILYAS MALANGBONG 2019


Untuk civitas akademika SMK AL ILYAS Malangbong yang memerlukan Logo Terbaru SMK AL ILYAS Malangbong untuk keperluan administrasi atau lainya.
silahkan di save.
untuk file asli klik disini!


Rabu, 30 Oktober 2019

MACAM MACAM ALAT UKUR

macam macam alat ukur blog dwj

A.       Alat Ukur Panjang dan Ketelitiannya
1.     Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang paling kita gunakan dalam kehidupan sehari hari. Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm (0.1 cm) dan ketelitiannya adalah setengah dari skala terkecilnya yaitu o.5 mm (0.05 cm).


(a)
 

(b)
 






Keterangan:
(a)  Adalah mistar dengan jangkauan pengukuran 10,5 cm
(b) Contoh mengukur panjang dengan mistar















2.     Jangka Sorong
Sama halnya dengan mistar, jangka sorong adalah alat mengukur panjang, namun bedanya jangka sorong memiliki tingkat ketelitian sampai 0,1 mm (0,01 cm). tentunya dengan tingkat ketelitian lebih kecil maka pengukuranpun akan di anggap lebih valid.
Terdapat dua bagian penting dalam jangka sorong :
1.      Skala Utama/ rahang tetap adalah bagian yang berskala panjang, contoh no 4/8 pada gambar di bawah ini,
2.      Skala Nonius/ rahang sorong adalah bagian yang dapat digeser geser, contoh no 6/7.














Langkah langkah menggunakan jangka sorong :

















3.     Mikrometer Sekrup
Adalah alat ukur panjang yang memiliki tingkat ketelitian sampai 0,01 mm. karena tingkat ketelitiannya sangat akurat, biasanya alat ini digunakan lebih sering oleh para teknisi mesin karena lebih sering terjadi keausan pada bagian bagian mesin. Micrometer sekrup memiliki dua bagian utama, yaitu :
1.      Skala utama/ sleeve satuannya dalam mili meter,
2.      Skala nonius thimble (putar skala putar 1 sampai 50).













Langkah langkah menggunakan jangka sorong :
















B.       Alat Ukur Massa
Dalam kehidupan sehari-hari, massa sering diartikan sebagai berat, tetapi dalam tinjauan fisika kedua besaran tersebut berbeda. Massa tidak dipengaruhi gravitasi, sedangkan berat dipengaruhi gravitasi. Contoh seorang astronot ketika berada di bulan beratnya lebih kecil dibandingkan ketika dia berada di bumi, itu karena gravitasi di bulan lebih kecil dibandingkan dengan gravitasi di bumi, tetapi yang perlu diingat massa astronot tersebut sama ketika ada di bumi ataupun di bulan. Yang membedakan lagi adalah dari satuannya, dalam SI massa satuannya adalah kilogram (kg), sedangakan satuan berat adalah newton (N).  Selain kilogram (kg), massa benda juga dinyatakan dalam satuan satuan lain, misalnya : graam (g), milligram (mg), dan ons untuk massa massa yang kecil, sedangkan massa yang besar terdapat kuintal (kw) dan ton (t).

Berikut adalah beberapa alat ukur massa


Neraca DIGITAL
 















C.        Alat Ukur Waktu
Waktu adalah selang antara dua kejadian atau peristiwa. Misalnya waktu siang adlah sejak matahari terbit hingga matahari terbenam. Waktu hidup adalah sejak dilahirkan hingga meninggal. Untuk peristiwa peristiwa yang selang terjadinya cukup lama, waktu dinyatakan dalam satuan- satuan yang lebih cukup besar, misalnya: menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, windu, abad, dan lain – lain. Sedangkan untuk kejadian – kejadian yang cepat sekali bisa digunakan satuan milisekon (ms) dan mikrosekon (μs). Untuk keperluan sehari – hari, telah dibuat alat – alat pengukur waktu, misalnya stopwatch dan jam tangan  seperti gambar di bawah ini.
 





















KONVERSI SATUAN
Konversi Satuan adalah persamaan untuk perubahan satuan dari datu sistem ke sistem yang lain.
 

Rabu, 26 September 2012

logo smk al ilyas malangbong



                                                  LOGO SMK AL ILYAS MALANGBONG

                                                            SPANDUK UTAMA 2012
                                                                BROSUR HAL 1 dan 2

Senin, 03 September 2012

WAWASAN WIYATA MANDALA


Sekolah Dan Wawasan Wiyatamandala
http://lafriofkalteng.files.wordpress.com/2012/02/index.jpg?w=570
“Only education can open the mind and the heart of human to achieve happiness, welfare, and peaceful life”
Pendidikan dalam arti luas, mengandung pengertian mendidik, mengajar, dan melatih, yang pada hakikatnya ketiganya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan karena masing-masing memiliki fungsi tertentu dan mengarah kepada pembentukan bagian tertentu dari kepribadian anak didik.
  • Mendidik
tertuju pada pengembangan aspek-aspek moral, agama, dan segi kepribadian ke arah yang lebih baik. Lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, semangat, ketaqwaan, dan lain-lain yang bermaksud mengangkat citra dan martabat kemanusiaan yang terdidik
  • mengajar
memusatkan sasaran pada pengisian ilmu pengetahuan serta peningkatan kecerdasan. Lebih ditujukan untuk mengembangkan dan mempertajam kemampuan anak didik untuk menganalisis masalah, mencari fakta, mengumpulkan alasan, dan menarik kesimpulan secara logis.
  • melatih
mengembangkan keterampilan anak dalam rangka mempraktekan hasil pendidikan dan pengajaran yang diterima. Sasaran kegiatan melatih adalah keterampilan jasmani.
Sebagaimana diri anak didik yang merupakan kesatuan harmonis dari semua kekuatan hakiki unsur-unsurnya, tiga segi pendidikan ini haruslah dilakukan bersama-sama, simultan, dan terpadu, serta berkelanjutan, serasi dengan perkembangan anak didik beserta lingkungan hidupnya.
Sekolah merupakan tempat terselenggaranya proses pendidikan yang berdasarkan Pancasila dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
“Pendidikan adalah suatu proses, proses yang tidak akan dapat berjalan secara wajar, tertib dan teratur tanpa di tunjang oleh unsur-unsur pendukungnya”
SEKOLAH MERUPAKAN WIYATAMANDALA
A. Arti Wawasan Wiyatamandala
Wawasan berarti pandangan; tinjauan. Wiyata berarti pengajaran; pendidikan. Mandala berarti bulatan; kawasan; lingkungan. Sehingga wawasan wiyatamandala adalah suatu pandangan atau tinjauan mengenai lingkungan pendidikan.
Wawasan wiyatamandala merupakan suatu pandangan bahwa suatu proses pendidikan di sekolah akan berhasil jika kita mendudukkan sekolah sesuai dengan fungsinya yakni sebagai lembaga pendidikan tempat berlangsungnya siswa belajar guru mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sekolah sebagai pengemban utama misi pendidikan hendaknya hanya digunakan untuk tujuan Pendidikan. Karena apabila sekolah keluar dari fungsinya, maka jalannya pendidikan akan terganggu dan martabat sekolah sebagai lembaga pendidikan serta merta akan turun. Oleh karena itu, setiap pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan berkewajiban untuk menciptakan sekolah sebagai wawasan wiyatamandala.
B. MENGAPA WAWASAN WIYATAMANDALA DIPERLUKAN?
Dalam usaha mewujudkan situasi dan kondisi yang aman, tentram dan nyaman selama KBM berlangsung, tentunya ada banyak faktor dan komponen yang harus menjadi perhatian kita semua. Yang perlu kita pahami adalah bahwa semua itu akan menimbulkan dorongan dan rangsangan untuk tetap berusaha menjamin kelancaran proses KBM agar berjalan tertib dan terhindar dari gangguan, baik dari dalam maupun luar sekolah.
Dari hal inilah diperlukan satu kesatuan pandangan yang sama dari warga sekolah mengenai eksistensi sekolah. Kesatuan pandangan inilah yang kita sebut wawasan wiyatamandala.
Konsep wiyatamandala adalah gagasan yang mengikat setiap warga sekolah sebagai suatu wadah dalam menuju tercapainya tujuan pendidikan. Konsep ini harus mampu menjamin tumbuhnya kedinamisan dalam kehidupan di sekolah.
C. ISI WAWASAN WIYATAMANDALA
Dilihat dari konsepnya sebagai gagasan yang dimamis, isi wawasan wiyatamandala adalah :
1. Sekolah merupakan wiyatamandala (lingkungan pendidikan) sehingga tak boleh digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan diluar tujuan pendidikan. Setiap warga sekolah harus dapat menunjukkan loyalitas yang tinggi terhadap sekolahnya.
Selain itu, pelaksanaan KBM harus semakin ditingkatkan, baik bersifat kurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler. Semuanya hendaknya dapat dilaksanakan dengan lebih terarah bagi perkembangan anak didik.
2. Wewenang dan tanggung jawab penuh kepala sekolah untuk menyelenggarakan proses pendidikan. Kepala sekolah merupakan “pintu” yang harus dilalui oleh aparat sekolah ataupun masyarakat luar apabila ada hal-hal yang bersangkut paut dengan sekolah.
3. Kerja sama antara guru dan orangtua murid sangatlah diperlukan agar tercipta keserasian antara fungsi pendidikan dalam lingkungan keluarga dan sekolah.
Guru sebagai pemeran sentral dalam pelaksanaan pendidikan merupakan penyuluh dan pembimbing ke arah masa depan yang lebih baik serta penggerak ke arah kemajuan. Kerja sama antara guru dan orangtua siswa di harapkan dapat menimbulkan pengertian dan membuka pandangan orang tua tentang apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab dalam membimbing anaknya.
4. Guru, didalam maupun diluar sekolah harus mampu menjunjung tinggi martabat dan citra guru sebagai manusia yang dapat digugu (di ikuti, dipercaya) dan ditiru. Ia harus dapat memberi contoh, bersikap dan bertindak yang baik sesuai dengan asas ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
5. Sekolah sebagai wiyatamandala harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya, tetapi harus mencegah masuknya sikap dan perbuatan yang dapat menimbulkan pertentangan. Selain itu sekolah diharapkan menjadi teladan bagi kehidupan masyarakat sekitarnya.
D. PERANAN SISWA DALAM RANGKA MEWUJUDKAN SEKOLAH SEBAGAI WAWASAN WIYATAMANDALA
Terciptanya wawasan wiyatamandala disekolah merupakan kewajiban setiap unsur yang terlibat dalam pendidikan, termasuk siswa. Dalam rangka mewujudkan sekolah sebagai wiyatamandala, beberapa hal yang dapat dilakukan siswa :
1. Berperan secara aktif dan mendukung setiap kegiatan sekolah yang berhubungan dengan pendidikan.
2. Wajib melaporkan segala gejala dan gangguan yang terjadi disekolah kepada guru atau kepala sekolah.
3. Membantu terciptanya tata tertib di sekolah dengan mematuhinya.
4. Siswa berusaha untuk memanfaatkan waktu seefisien mungkin dalam belajar.
5. Pemanfaatan fasilitas belajar yang ada sebaik mungkin dan menjaganya agar tetap dalam kondisi optimal.
6. Mengikuti kegiatan-kegiatan kokurikuler dan ekstra kurikuler yang membantu proses belajar-mengajar.
7. Siswa mengikuti kegiatan berorganisasi melalui OSIS.
8. Menghindari tindakan yang akan menganggu ketertiban dan proses KBM.
Banyak kegiatan yang bisa dan selayaknya dilakukan oleh siswa dalam mewujudkan sekolah sebagai Wawasan Wiyatamandala dan tentunya hal ini juga harus di dukung dan diarahkan penuh oleh guru dan kepala sekolah.
Marilah kita upayakan terciptanya Wawasan Wiyatamandala ini agar sekolah dapat berfungsi sesuai dengan statusnya (institusionalisasi) yakni melaksanakan proses belajar-mengajar sehingga tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan (profesionalisasi) dan pembinaan kehidupan yang sehat dikalangan siswa untuk menghadapi masa depannya.
“Pendidikan itu luar biasa karena laksana air di padang gersang. Pendidikan membantu memperluas cakrawala pandangan kita akan indahnya hidup dengan berbagi ilmu… Bersyukurlah, karena kita bisa menjadi bagian dari Pendidikan”

pendidikan karakter


        Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
        Memang idealnya demikian. Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita jumpai perilaku para anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak mau menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang mengatakan bahwa "watak" dengan "watuk" (batuk) sangat tipis perbedaannya. Apabila "watak" bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena faktor bawaan yang sulit untuk diubah, namun apabila "watak" =batuk, mudah disembuhkan dengan minum obat batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan atau laju ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah tidak mengenal batas-batas negara hingga mempengaruhi ke seluruh sendi kehidupan manusia.

Makna Pendidikan
        Banyak kalangan memberikan makna tentang pendidikan sangat beragam, bahkan sesuai dengan pandangannya masing-masing. Azyumardi Azra dalam buku "Paradigma Baru Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi", memberikan pengertian tentang "pendidikan" adalah merupakan suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya, bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu.
        Di samping itu, pendidikan adalah suatu hal yang benar-benar ditanamkan selain menempa fisik, mental dan moral bagi individu-individu, agar mereka menjadi manusia yang berbudaya, sehingga diharapkan mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia yang diciptakan Allah Tuhan Semesta Alam sebagai makhluk yang sempurna dan terpilih sebagai khalifahNya di muka bumi ini yang sekaligus menjadi warga negara yang berarti dan bermanfaat bagi suatu negara.

Perkembangan Pendidikan
        Bangkitnya dunia pendidikan yang dirintis oleh Pahlawan kita Ki Hadjar Dewantara untuk menentang penjajah pada massa lalu, sungguh sangat berarti apabila kita cermati dengan saksama. Untuk itu tidak terlalu berlebihan apabila bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar memperingati hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei ini, sebagai bentuk refteksi penghargaan sekaligus bentuk penghormatan yang tiada terhingga kepada para Perintis Kemerdekaan dan Pahlawan Nasional. Di samping itu, betapa jiwa nasionalisme dan kejuangannya serta wawasan kebangsaan yang dimiliki para pendahulu kita sangat besar, bahkan rela berkorban demi nusa dan bangsa. Lantas bagaimana perkembangan sekarang? Sangat ironis, memang. Banyak para pemuda kita yang tidak memiliki jiwa besar, bahkan sangat mengkhawatirkan, janganjangan terhadap lagu kebangsaan kita pun sudah tidak hafal, jangankan menghayati. Namun, kita sangat yakin dan semakin sadar, bahwa hanya melalui dunia pendidikanlah bangsa kita akan menjadi maju, sehingga dapat mengejar ketertinggalan dengan bangsa lain di dunia, sekaligus merupakan barometer terhadap kualitas sumber daya manusia.
        Krisis moneter yang berlanjut dalam krisis ekonomi yang terjadi hingga puncaknya ditandai dengan jatuhnya rezim Soeharto dari kekuasaannya pada Mei 1998 yang lalu, telah mendorong reformasi bukan hanya dalam bidang politik dan ekonomi saja, melainkan juga terimbas dalam dunia pendidikan juga. Reformasi dalam bidang pendidikan, pada dasarnya merupakan reposisi dan bahkan rekonstruksi pendidikan secara keseluruhan atau secara komprehensif integral. Reformasi, reposisi dan rekonstruksi pendidikan jelas harus melibatkan penilaian kembali secara kritis pencapaian dan masalah-masalah yang dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
        Apabila kita amati secara garis besar, pencapaian pendidikan nasional kita masih jauh dan harapan, apalagi untuk mampu bersaing secara kompetitif dengan perkembangan pendidikan pada tingkat global. Baik secara kuantitatif maupun kualitatif, pendidikan nasional masih memiliki banyak kelemahan mendasar. Bahkan pendidikan nasional, menurut banyak kalangan, bukan hanya belum berhasil meningkatkan kecerdasan dan keterampilan anak didik, melainkan gagal dalam membentuk karakter dan watak kepribadian (nation and character building), bahkan terjadi adanya degradasi moral.

Reformasi Pendidikan
        Kita harus sadar, bahwa pembentukan karakter dan watak atau kepribadian ini sangat penting, bahkan sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan. Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa wacana yang seolah-olah bangsa ini diajak dalam dunia mimpi. Tentu masih ingat beberapa waktu yang lalu Pemerintah mengeluarkan pandangan, bahwa bangsa kita akan makmur, sejahtera nanti di tahun 2030. Suatu pemimpin bangsa yang besar untuk mengajak bangsa atau rakyatnya menjadi "pemimpi" dalam menggapai kemakmuran yang dicita-citakan.
        Banyak kalangan masyarakat yang mempunyai pandangan terhadap istilah "kelatahan sosial" yang terjadi akhir-akhir ini. Hal ini memang terjadi dengan berbagai peristiwa, seperti tuntutan demokrasi yang diartikan sebagai kebebasan tanpa aturan, tuntutan otonomi sebagai kemandirian tanpa kerangka acuan yang mempersatukan seluruh komponen bangsa, hak asasi manusia yang terkadang mendahulukan hak daripada kewajiban. Pada akhirnya berkembang ke arah berlakunya hukum rimba yang memicu kesukubangsaan (ethnicity). Kerancuan ini menyebabkan orang frustasi dan cenderung meluapkan perasaan tanpa kendali dalam bentuk "amuk massa atau amuk sosial".
        Berhadapan dengan berbagai masalah dan tantangan, pendidikan nasional pada saat yang sama (masih) tetap memikul peran multidimensi. Berbeda dengan peran pendidikan pada negara-negara maju, yang pada dasarnya lebih terbatas pada transfer ilmu pengetahuan, peranan pendidikan nasional di Indonesia memikul beban lebih berat Pendidikan berperan bukan hanya merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetap lebih luas lagi sebagai pembudayaan (enkulturisasi) yang tentu saja hal terpenting dan pembudayaan itu adalah pembentukan karakter dan watak (nation and character building), yang pada gilirannya sangat krusial bagi notion building atau dalam bahasa lebih populer menuju rekonstruksi negara dan bangsa yang lebih maju dan beradab.
        Oleh karena itu, reformasi pendidikan sangat mutlak diperlukan untuk membangun karakter atau watak suatu bangsa, bahkan merupakan kebutuhan mendesak. Reformasi kehidupan nasional secara singkat, pada intinya bertujuan untuk membangun Indonesia yang lebih genuinely dan authentically demokratis dan berkeadaban, sehingga betul-betul menjadi Indonesia baru yang madani, yang bersatu padu (integrated). Di samping itu, peran pendidikan nasional dengan berbagai jenjang dan jalurnya merupakan sarana paling strategis untuk mengasuh, membesarkan dan mengembangkan warga negara yang demokratis dan memiliki keadaban (civility) kemampuan, keterampilan, etos dan motivasi serta berpartisipasi aktif, merupakan ciri dan karakter paling pokok dari suatu masyarakat madani Indonesia. Jangan sampai yang terjadi malah kekerasan yang meregenerasi seperti halnya yang terjadi di IPDN yang menjadi sorotan akhir-akhir ini (Kompas 16/4), Kekerasan fisik yang mengorbankan nyawa dan harta benda tersebut, sangat jelas terkait pula dengan masih bertahannya "kekerasan struktural" (structural violence) pada tingkat tertentu. Akibatnya, perdamaian hati secara hakiki tidak atau belum berhasil diwujudkan.

Pendidikan Karakter
        Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan sekolah, masyarakat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan educational networks yang mulai terputus tersebut. Pembentukan dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selama antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan.
        Dengan demikian, rumah tangga dan keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disarankan Philips, keluarga hendaklah kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang (Philips, 2000) atau tempat belajar yang penuh cinta sejati dan kasih sayang (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah). Sedangkan pendidikan karakter melalui sekolah, tidak semata-mata pembelajaran pengetahuan semata, tatapi lebih dari itu, yaitu penanaman moral, nilai-nilai etika, estetika, budi pekerti yang luhur dan lain sebagainya. Pemberian penghargaan (prizing) kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada yang melanggar, menumbuhsuburkan (cherising) nilai-nilai yang baik dan sebaliknya mengecam dan mencegah (discowaging) berlakunya nilai-nilai yang buruk. Selanjutnya menerapkan pendidikan berdasarkan karakter (characterbase education) dengan menerapkan ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama, Sejarah, Moral Pancasila dan sebagainya.
        Di samping itu tidak kalah pentingnya pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter dan watak seseorang. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan penanaman nilai-nilai etika, estetika untuk pembentukan karakter. Menurut Qurais Shihab (1996 ; 321), situasi kemasyarakatan dengan sistem nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Jika sistem nilai dan pandangan mereka terbatas pada kini dan di sini, maka upaya dan ambisinya terbatas pada hal yang sama.
        Apabila kita cermati bersama, bahwa desain pendidikan yang mengacu pada pembebasan, penyadaran dan kreativitas sesungguhnya sejak masa kemerdekaan sudah digagas oleh para pendidik kita, seperti Ki Hajar Dewantara, KH. Ahmad Dahlan, Prof. HA. Mukti Ali, Ki Hajar Dewantara misalnya, mengajarkan praktek pendidikan yang mengusung kompetensi/kodrat alam anak didik, bukan dengan perintah paksaan, tetapi dengan "tuntunan" bukan "tontonan". Sangat jelas cara mendidik seperti ini dikenal dengan pendekatan "among"' yang lebih menyentuh langsung pada tataran etika, perilaku yang tidak terlepas dengan karakter atau watak seseorang. KH. Ahmad Dahlan berusaha "mengadaptasi" pendidikan modern Barat sejauh untuk kemajuan umat Islam, sedangkan Mukti Ali mendesain integrasi kurikulum dengan penambahan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Namun mengapa dunia pendidikan kita yang masih berkutat dengan problem internalnya, seperti penyakit dikotomi, profesionalitas pendidiknya, sistem pendidikan yang masih lemah, perilaku pendidiknya dan lain sebagainya.
        Oleh karena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan tidak bisa ditunda, mulai dari lingklingan rumah tangga, sekolah dan masyarakat dengan meneladani para tokoh yang memang patut untuk dicontoh. Semoga ke depan bangsa kita lebih beradab, maju, sejahtera kini, esok dan selamanya. Seiring dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei Tahun 2007 yang lalu dan mereka yang lahir pada tanggal yang sama, semoga panjang umur dan berjiwa pendidik yang patut disuri tau-ladani generasi yang akan datang, bahkan lestari selamanya. Amin. ©

Selasa, 10 April 2012

syarat sidang

Pengumuman,
Persyaratan sidang gel. 1 2012 :
1. Mengambil formulir di bagian akademik
2. Telah melunasi semua administrasi keuangan
3. Telah lulus ujian komprehensif
4. Skripsi telah diberi nilai dan ditanda tangani (disetujui) oleh pembimbing 1 dan pembimbing 2
5. Skripsi diperbanyak 3 rangkap (diklip menggunakan mika warna biru)
6. Foto copy akte kelahiran
7. Foto copy ijazah terakhir
8. Transkip nilai telah lengkap (nilai D maks 2)
9. Pas Foto (ukuran 4 x 6 = 4, ukuran 3 x 4 = 4, bukan digital (hitam putih))
    * Pendaftaran dimulai 16 Maret 2012
    * Nilai dan Pengumuman lain di tempel hari sekarang
    * ttd. Ketua Prodi Pend. Mtmtk